Sepenggal cerita
tentang……
Gempa.
Tulisan ini hanyalah sebagian Kisah
yang tercecer dari Gempa Dahsyat yang melanda Kampung Kami beberapa tahun lalu.
Kisah ini di tulis sesuai apa adanya yang gue rasakan dan gue lihat sewaktu
kejadian dan sesudahnya, jujur dan apa adanya. Dan sesuai Kaca-mata se orang
Anak Kampung seperti Gue.
Gempa. Kata itu masih menjadi sebuah
misteri dari Rentetan Ujian-ujian yang kita hadapi sebagai makhluk ciptaan
Tuhan yang hidup Di dunia ini, kita harus bisa menghadapi dengan berbesar hati
agar Proses kita menjlani Ujian ini, benar-benar menjadi sebuah ladang amal
untuk kita.
Inilah sepenggal kisah Anak kampung,
yang tercecer lalu di rekap dalam bentuk Tulisan bercerita Jujur, lugu polos
dan Apa adanya, bukan untuk lucu-lucuan atau menceritakan keseihan tapi hanya
sekedar mengingat bahwa kita ternyata masih punya kehidupan, saudara, teman dan
kebersamaan dari orang-orang di luar sana yang memiliki rasa dan kebersamaan
dengan orang-orang yang membutuhkan.
Tiga jam sebelum gempa.
Seperti biasa aktivitasku mengantarkan Mak pergi ke
pasar untuk berjualan ikan kering kepasar, hari Ini mak berankat agak siang,
karena Mak hanya berjualan di Pasar Tiku saja ( pasar kecamatan ) karena
sekarang Pasar Tiku sudah rame seperti biasa, tampa ada Firasat apa-apa,
setelah membantu Mak memasang Tenda dan menggelar Jualan, aku kembali Pulang,
kerja membersihkan Parak ( kebun ).
Satu
jam sebelum Gempa.
Karena hari ini adalah jadwalnya
anak-anak latihan Sepak bola, yang di latih oleh temanku David, aku pun ikut
pergi kelapangan, seperti biasa, karena aku sangat dekat dengan anak-anak,
makanya aku juga membantu David melatih anak-anak kampung latihan bola. Setelah
cukup lama latihan, lalu kami bermain Bola bersama beberapa pemuda kampung yang
sudah datang ke lapangan, hanya anak-anak yang sudah besar saja yang kami
izinkan bermain dengan pemuda kampung.
Lagi asik bermain Bola, tiba-tiba
kami mendengar langit menderu-deru
dan berdengung-dengung seperti Bunyi
pesawat, semua yang ada di lapangan menoleh ke langit, termasuk juga aku,
tapi kami tidak melihat ada pesawat yang lalu. Tiba-tiba Sapi-sapi dan kerbau
yang sedang Makan rumput di Pinggir lapangan lari berhamburan Masuk ke dalam
Lapangan. ( di kampung kami sapi dan kerbau hanya di lepas saja ). Pemandangan
yang sangat luar biasa di mana Sapi dan kerbau berkumpul, berkumpul dan berbaur
dengan Manusia.
Hanya dalam hitungan detik saja
setelah bunyi menderu-deru itu, tiba-tiba bumi berguncang dengan hebatnya, bumi
yang kami pijak bergoyang dan melonjak-lonjak, “GEMPAAAAA…!!!!” teriak kami
bersama-sama di lapangan, dari perasaanku selama ini merasakan Gempa inilah
yang terdhsyat dan Lain, ya sangat lain dengan Gempa-gempa sebelumnya, biasanya
kalau Gempa bergoyang-goyang, tapi Gempa kali ini, Melonjak-lonjak dan bumi
menhentak-hentak seperti ada yang menhantam-hamtam tanah dari Bawah. Seperti
ketika kita berada di lantai dua berlantai papan lalu ada yang
menghantam-hantam dari bawah pakai kayu.
Setelah Gempa berhenti semua
anak-anak lari keluar lapangan dan memburu peralatan mereka, apa yang bisa
mereka ambil terutama sandal-sandal mereka, sementara Sapi-sapi dan
kerbau-kerbau itu hanya berdiri dan terbengong-bengong di tengah lapangan,
Munkin kalau akau mnegerti apa yangmereka katakan bersama, pasti juga ada rasa
ketakutan seperti yang kami rasakan saat itu.
Karena kami berada di kampung yang
cukup tersuruk dan belum ada informasi apapun, aku dan teman-teman tetap
melanjutkan bermain Bola sampai Maghribnya.
Ketika aku pulang main Bola, aku
lihat rumaku terbuka begitu saja tampa di kunci, aku memanggil adik-adikku,
tapi tidak ada, aku lihat motor juga tidak ada di rumah, dengan santai dan
tampa perasaan apa-apa aku pun pergi mandi. Ternyata, hari itu Lampu mati dan
cuaca sudah mulai hujan, awan hitam Nampak berarak dengan pekatnya di langit.
Karena sudah jam Tujuh malam, akupun
pergi kerumah tetanggaku, namanya Mak Marten, ternayata Rumah ini kosong dan
hanya ada Mak Marten sendiri Di rumah. Semua Keluarga nya telah pergi mengungsi
ke Desa sebelah, Takut karena Tsunami katanya. Dan dari sini juga aku baru
tahu, ternyata kampungku sudah kosong dan hanya meninggalkan beberapa
bapak-bapak dan pemudanya, semua ibu-ibu dan anak-anak telah mengunsi ke desa
sebelah atau ke rumah saudar-saudar mereka.
Hanponku berbunyi, ternyata abangku
yang menelpon dari Batam, dia menanyakan kabarku di rumah, ternyata dia
mendapatkan inpo dari salah satu radio di batam yang mengabarkan ada gempa
dahsyat di padang, dan dari abangku juga aku tahu, ternyata Mak dan adek-adekku
sudah pergi mengungsi ke Desa Cacang tempat saudara-saudara Bapakku tinggal.
Pantasan tadi aku melihat adikku si Rodi pergi pakai Motor ke lapangan, tapi
anehnya dia tidak mengatakan apapun kalau dia pergi mengungsi sama adek cewek
ku Teti. Dan itulah terakhir hanponku berbunyi sampai Tiga hari kedepannya
Tidak ada sinyal di layar Hp N1200 ku.
Suasana di kampungku semakin mencekam,
lampu mati, Hujan lebat, tidak ada Motor yang masuk atau keluar kampungku,
semuanya sudah pergi mengungsi, hanya ada beberapa pemuda dan bapak-bapak yang
duduk berkelompok-kelompok di satu rumah dan di satu pos perkumpulan, terutama
di tempat jalan-jalan akses menuju laut terdekat, yang bertujuan agar melihat
ke adaan air laut naik atau tidak, sesuai ciri-ciri tsunami yang sering di
sebutkan di televisi, kami Malam itu memperhatikan air laut.
Suasana malam itu tambah mencekam,
karena Genpa susulan sangat sering terjadi, bahkan dengan getaran sangat Kuat.
Jadilah malam itu tidak ada yang tidur dengan Tenang.
Suasana bertambah mencekam ketika
beberapa dari warga kampungku yang datang dari luar kampungku, mereka
menceritakan banyak Rumah-rumah hancur, jalan retak-retak menganga dan jembatan
runtuh. Aku dan merinding membayangkan kengerian Gempa malam itu.
Besoknya, bersama teman sekampungku
aku pergi keluar kampungku, semuanya telah berubah dan Hilang, banyak
rumah-rumah hancur, sekolah, jembatan ambruk, dan beberapa mesjid yang sudah
tidak berbentuk lagi, berbagai kata dan ucapan dari mereka keluar mengatakan
bahwa si itu meninggal si ini meningal, hanya satu kata yang bisa di ucapkan
waktu itu, “innallillah… !!!!”
Suasana bertambah mencekam, ketika
mendengar kengerian kejadian-kejadian di tempat lain, dan di tambah lagi dari
dalam Tivi-tivi mengatakan ke dahsyatan Gempa. Ketika aku Pulang kembali ke
kampung, aku melihat ada banyak ibu-ibu yang sedang menangis, ternyata ia
mencemaskan anaknya yang sedang Kuliah
di Padang karena belum ada kabarnya sama sekali. Dari orang-orang yang pulang
dari padang menceritakan bahwa Padang Hancur lebur Tidak berbentuk lagi,
Hotel-hotel Runtuh, sekolah, Tempat Kursus dan beberapa kampus, siapa yang
tidak bertambah cemas begitu mendengar Kampus tempat anaknya kuliah hancur dan
ambruk.
Waktu
itu pula lah aku melihat, jalan penuh oleh Motor lalu lalang, bahkan lebih
banyak dari Waktu Lebaran satu Bulan yang lalu. Semua motor yang lewat,
berjalan dengan tertib dan teratur, karena tidak bisa memacu motor dengan
kencang, sedikit lengah Motor akan Ambruk masuk kedalam rengkahan-rengkahan
Jalan yang menganga besar..
BERSAMBUNG..>>>>