Mak, aku anak Bundo

Hal 2

 

“akhirnya.. pulang jua anak Bundo” sambut Bundo di halaman menyambut Imran pulang. Imran memeluk Bundo, sudah dua tahun ia tak berjumpa Bundo, terakhir ia berjumpa Bundo ketika merayakan hari kelulusannya kuliah di Jakarta, Bundo datang ke jakarta, setelah itu Bundo kembali pulang kampung, Imran tetap di jakarta, ia tak bisa pulang karena sudah sibuk dengan pekerjaan nya di kantor

“bagaimana perjalanannya, seru?” tanya Bundo

“seru lah bundo, sudah banyak berubah, banyak Ruko dan sarang walet nampak di jalan” kata Imran sambil minum air hangat yang di sediakan Bundo

 

“yah begitulah.. Kampung sekarang sudah semarak, tapi tetap saja, kita harus pandai memilah pergaulan sekarang, kampung sudah tak obahnya seperti kota besar”

“Maksud Bundo?”

“yah… hampir setiap saat kedengaran ada saja anak-anak kampung yang tertangkap oleh polisi, Narkoba” terang Bundo.

“maksud Bundo, di kampung ini?” tanya Imran kaget

“Tidak,, maksud Bundo, hampir di seluruh Sumatera Barat ini” terang Bundo

“Ooo.. itu Imran juga tahu Bundo, kadang juga keluar kok beritanya di Tv”

Bagus masuk ke dalam rumah sambil meminta izin akan mengantarkan mobil Ihsan. “Iya,, tadi ihsan bilang musti di antar cepat mobilnya, katanya mau pergi ke Pasaman” kata Bagus ketika Bundo menahannya untuk pergi. Bundo memperhatikan Bagus pergi meninggalkan rumah.

Imran masuk ke kamarnya, kamar ini tidak banyak berubah, di dinding kamar masih terpasang Poster Gianluca Zambrota pemain Juventus di dinding, pemain Bek idolanya, Imran memperhatikan poster itu, sepertinya sudah di laminanting, selebihnya tidak banyak berubah, sprei kuning yang hampir lusuh masih terpasang, ia ingat, waktu dulu ia sangat suka tidur di atas sprei itu, dan sekarang sprei itu masih ada. Kamar ini masih menyebarkan hawa yang sejuk seperti dulu, angin laut berembus lembut dari pilar-pilar jendela. Al mari papan masih berdiri kokoh dengan cat warna hati. Imran merebahkan diri di atas kasurnya di masa remaja dulu.