Sunday, 18 October 2020

Mak, aku anak Bundo

 

Hal 3

 

Untuk sesaat Bagus melupakan kepulangan Imran, dari pagi ia sibuk di tempat penjemuran ikan keringnya, pagi-pagi sekali ia sudah berada di tempat nelayan yang akan pergi melaut, para nelayan ini sangat senang melihat Bagus sibuk membantu mereka sebelum pergi ke laut di subuh ini, para nelayan-nelayan ini biasa mengantarkan ikan kepadanya, jam sudah menunjukkan pukul dua belas kurang lima belas menit, sebentar lagi tengah hari, semua ikan-ikan ini harus segera di jemur agar bisa mendapatkan cahaya matahari, ikan kase yang ia jemur akan lebih bagus kering satu hari penjemuran dari pada dua atau tiga hari penjemuran.

 

Tepat jam dua belas siang ikan-ikan itu berhasil ia jemur semua, dengan di bantu adiknya ALdo, Bagus memperhatikan adiknya itu dari kejauhan, wajah Aldo terlihat berubah berwarna kemerah-merahan, munkin karena Aldo berkulit putih jadi sengatan matahari pagi ini sangat berasa ke kulitnya. “Aldo, abang pulang dulu ya sebentar, mau mandi, sekalian sholat, Aldo sholat di sini saja” Kata Bagus pada adiknya, Aldo hanya mengangguk saja. Aldo paham, abangnya sangat sibuk setiap hari nya, sangat jarang ada waktu luang bagi abangnya. Sejak bapaknya meninggal, Bagus lah yang bertanggung jawab membantu perekonomian keluarga.

Jam dua siang Bagus menyempatkan ke rumah Bundo, ia ingin menengok Bundo siang ini, termasuk kawan karibnya dari kecil.

“Assalamu’alaikum.. Bundo..!” Kata Bagus sambil masuk rumah

“Wa’alaikumsalam..!” Jawab Imran dari atas kursi tamu. Bagus tidak melihat Bundo, apalagi mendengar suaranya.

“Bundo mana?” Tanya Bagus sambil celingak-celinguk mencari Bundo.

“Bundo ke pasar. Belanja, katanya..!” terang Imran. “Keluar Yuk..!” sambung Imran.

“Kemana?”

“Kemana aja, Yang rame”

Bagus mengangguk-ngangguk, ia tahu yang dimaksud Imran, ia ingin mengajak Imran kesana.

“ayuk.. “ jawab Bagus sambil mengerlingkan matanya pada Imran.

 

Bagus mengajak Imran Ke warung Tek Raimah di tepi pantai, di sana ada banyak pemuda duduk di siang-siang seperti ini, mereka melepas penat setelah dari pagi melaut sampai jam sebelas pagi.

“Hei.. ada Imran mah.. !”

“Kapan pulang, Kawan?”

“jarang ada perantau yang pulang, bulan seperti ini, kalau bukan mau nikah.. “ sambung yang lain.. yang di iringi tawa oleh yang hadir di warung ini. Hampir semua yang duduk di warung ini adalah kawan Bagus dan Imran sedari kecil.

Imran berusaha menjawab pertanyaan kengkawannya satu persatu, beberapa pertanyaan ia abaikan karena hanya sebuah pertanyaan untuk mencairkan suasana saja.

No comments:

Post a Comment